Kasus Hasan Kusuma - Indonesia
Kasus seorang wanita
New Jersey - Amerika Serikat
Seorang perempuan berusia 21
tahun dari New Jersey,
Amerika Serikat, pada tanggal 21 April 1975 dirawat di rumah sakit dengan
menggunakan alat bantu pernapasan karena kehilangan kesadaran akibat pemakaian alkohol
dan zat psikotropika secara berlebihan.Oleh karena tidak tega melihat
penderitaan sang anak, maka orangtuanya meminta agar dokter menghentikan
pemakaian alat bantu pernapasan tersebut. Kasus permohonan ini kemudian dibawa
ke pengadilan, dan pada pengadilan tingkat pertama permohonan orangtua pasien
ditolak, namun pada pengadilan banding permohonan dikabulkan sehingga alat
bantu pun dilepaskan pada tanggal 31 Maret 1976. Pasca penghentian
penggunaan alat bantu tersebut, pasien dapat bernapas spontan walaupun masih
dalam keadaan koma. Dan baru sembilan tahun kemudian, tepatnya tanggal 12 Juni
1985, pasien tersebut meninggal akibat infeksi paru-paru (pneumonia).
Kasus Terri Schiavo
Terri Schiavo (usia 41 tahun) meninggal dunia
di negara bagian Florida, 13 hari setelah
Mahkamah Agung Amerika memberi izin mencabut pipa makanan (feeding tube) yang selama ini
memungkinkan pasien dalam koma ini masih dapat hidup. Komanya mulai pada tahun 1990
saat Terri jatuh di rumahnya dan ditemukan oleh suaminya, Michael Schiavo, dalam
keadaan gagal jantung. Setelah ambulans
tim medis langsung dipanggil, Terri dapat diresusitasi
lagi, tetapi karena cukup lama ia tidak bernapas, ia mengalami kerusakan otak
yang berat, akibat kekurangan oksigen. Menurut kalangan
medis, gagal jantung itu disebabkan oleh
ketidakseimbangan unsur potasium dalam tubuhnya. Oleh karena itu, dokternya kemudian
dituduh malapraktik dan harus membayar ganti rugi cukup besar karena dinilai
lalai dalam tidak menemukan kondisi yang membahayakan ini pada pasiennya.
Setelah Terri Schiavo selama 8 tahun berada dalam
keadaan koma, maka pada bulan Mei 1998 suaminya yang
bernama Michael Schiavo mengajukan permohonan ke pengadilan agar pipa alat
bantu makanan pada istrinya bisa dicabut agar istrinya dapat meninggal dengan
tenang, namun orang tua Terri Schiavo yaitu Robert dan Mary Schindler
menyatakan keberatan dan menempuh langkah hukum guna menentang niat
menantu mereka tersebut. Dua kali pipa makanan Terri dilepaskan dengan izin pengadilan, tetapi sesudah beberapa hari
harus dipasang kembali atas perintah hakim yang lebih tinggi.
Ketika akhirnya hakim memutuskan bahwa pipa makanan boleh dilepaskan, maka para
pendukung keluarga Schindler melakukan upaya-upaya guna menggerakkan Senat Amerika Serikat
agar membuat undang-undang yang memerintahkan pengadilan federal
untuk meninjau kembali keputusan hakim tersebut. Undang-undang ini langsung
didukung oleh Dewan
Perwakilan Amerika Serikat dan ditandatangani
oleh Presiden George Walker Bush.
Tetapi, berdasarkan hukum di Amerika
kekuasaan kehakiman adalah independen, yang pada akhirnya ternyata hakim
federal membenarkan keputusan hakim terdahulu.
Kasus "Doctor
Death"
Dr. Jack Kevorkian dijuluki "Doctor
Death", seperti dilaporkan Lori A. Roscoe . Pada awal April 1998, di Pusat
Medis Adven Glendale , California diduga puluhan pasien telah
"ditolong" oleh Kevorkian untuk mengakhiri hidup. Kevorkian
berargumen apa yang dilakukannya semata demi "menolong"
pasien-pasiennya. Namun, para penentangnya menyebut apa yang dilakukannya
adalah pembunuhan.
Kasus rumah sakit
Boramae - Korea
Pada tahun 2002, ada seorang pasien wanita berusia 68
tahun yang terdiagnosa menderita penyakit sirosis hati. Tiga bulan setelah dirawat,
seorang dokter bermarga Park umur 30 tahun, telah mencabut alat bantu
pernapasan (respirator)
atas permintaan anak perempuan si pasien. Pada Desember 2002, anak lelaki
almarhum tersebut meminta polisi untuk memeriksa kakak perempuannya beserta dua
orang dokter atas tuduhan melakukan pembunuhan. Seorang dokter yang bernama dr.
Park mengatakan bahwa si pasien sebelumnya telah meminta untuk tidak dipasangi
alat bantu pernapasan tersebut. Satu minggu sebelum meninggalnya, si pasien
amat menderita oleh penyakit sirosis hati yang telah mencapai stadium akhir,
dan dokter mengatakan bahwa walaupun respirator tidak dicabutpun,
kemungkinan hanya dapat bertahan hidup selama 24 jam saja.
Kasus BBC
Seorang warga Swiss bunuh diri dibantu medis atau
euthanasia. Disaksikan keluarganya, ia menenggak obat mematikan di satu klinik
di Swiss. Proses menuju kematian itu, disiarkan oleh televisi
BBC. Kontroversi pun sontak merebak. Nama pria itu adalah Peter Smedley berusia
71 tahun dan sedang sakit parah yang tak mungkin disembuhkan lagi. Pemilik
hotel ini pun memutuskan untuk mengakhiri penderitaan itu dengan cara meminum
obat mematikan. Niatnya itu bisa terlaksana karena di negaranya, Swiss,
euthanasia tidak terlarang. Ia pun meminta dokter di satu klik bernama Dignitas
memberikan obat mematikan, barbituates.
Entah bagaimana dia memberikan izin kepada Sir
Terry Pratchett, pembawa acara Terry Pratchett:
Choosing To Die, untuk merekam momen terakhirnya saat meminum racun. Itu
terjadi sebelum Natal tahun lalu. Dalam gambar yang ditayangkan di BBC,
sang pasien, Smedley, didampingi dokter dari klinik dan istrinya Christine.
Dalam hitungan detik, ia meninggal di kursinya. Segera setelah tayangan itu,
debat panas muncul di Twitter, media sosial lainnya serta media cetak membuat
BBC dijuluki 'pemandu sorak' euthanasia. Warga pun menulis pengaduannya pada
Dirjen Mark Thompson
dan Kepala BBC Lord Patten
mengenai acara itu. Warga menganggap acara ini 'tak pantas'. Kelompok amal,
politik dan agama bergabung menyatakan acara ini 'propaganda' euthanasia. Dalam
gugatan, tertulis, "Menayangkan kematian pasien di acara demi hiburan, BBC
harus punya alasan kuat". Baroness Campbell of Surbiton, Baroness
Finlay of Llandaff, Lord Alton of Liverpool dan Lord Charlie of Berriew
mengatakan, BBC menayangkan acara ini guna mendukung bunuh diri yang dibantu.
Alhasil, hampir 900 warga membuat pengaduan resmi pada BBC atas program itu.
Juru bicara BBC menambahkan, "Terkait acara ini, kami punya 82 apresiasi
dan 162 pengaduan, total pengaduan pun menjadi 898". Regulator media Ofcom
sendiri mengakui seperti dikutip Dailymail, BBC mendapat 'banyak' pengaduan.
Daftar pustaka
- Agamben, Giorgio; diterjemahkan oleh Daniel Heller-Roazen (1998). Homo sacer: sovereign power and bare life. Stanford, Calif: Stanford University Press. ISBN 0-8047-3218-3.
- Almagor, Raphael (2001). The right to die with dignity: an argument in ethics, medicine, and law. New Brunswick, N.J: Rutgers University Press. ISBN 0-8135-2986-7.
- Appel, Jacob. 2007. A Suicide Right for the Mentally Ill? A Swiss Case Opens a New Debate. Hastings Center Report, Vol. 37, No. 3.
- Battin, Margaret P., Rhodes, Rosamond, and Silvers, Anita, eds. Physician assisted suicide: expanding the debate. NY: Routledge, 1998.
- Dworkin, R. M. Life's Dominion: An Argument About Abortion, Euthanasia, and Individual Freedom. New York: Knopf, 1993.
- Emanuel, Ezekiel J. 2004. "The history of euthanasia debates in the United States and Britain" in Death and dying: a reader, edited by T. A. Shannon. Lanham, MD: Rowman & Littlefield Publishers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar